Akademisi Islam Yang Berakhlak Mulia
Sebagai Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia kita harus mempunyai sifat
“Kesempurnaan Budi”. Yang dimaksud dengan Kesempuranaan budi disini adalah
mengerti baik maupun buruk, benar atau salah, kebahagiaan atau penderitaan, dan
bertindak berdasar pengertian itu. Kondisi ini dicapai jika akalanya sempurna,
yakni akal kritis dan kreatif bebas yang diperoleh dari belajar. Inti ilmu ini
adalah inti ajaran Islam dengan satu asas kebenaran yang memandang semua manusia
berkedudukan sama. Setiap orang wajib menyebarkan ilmu sekaligus Islam ke semua
orang disemua tempat, menjadi guru sekaligus murid, belajar dan mengajar untuk
kebaikan hidup seluruh umat manusia. Sekolah, Madrasah, dan Pesantren adalah
instrumen dan media bagi kebaikan hidup, penyempurnaan budi dan akal yang terus
diubah dan disempurnakan sesuai zaman dan perkembangan ilmu.
Manusia adalah pelaku otonom, bebas dari dilema ihtiar takdir
Sunnisme, yang terus menyempurnakan budi dan akal bagi kesempuranaan hidup
sosial. Dalam hal intelektual Tuhan telah memberi kebebasanya pada tiap-tiap
hamba untuk memaximalkan dalam penggunaanya, sehingga dari sini muncul beberapa
faham yang sama-sama mencoba memecahkan permasalahan zaman, beberapa aliran
mengatakan dirinya dengan gerakan wahabisme puritanisme yang menyeleseikan
problematika dengan tariqah Syekh Muhammad
bin Abdul wahab tanpa mau mengkontekstualkan dalil-dalil normatif pada
perubahan zaman yang semakin berkembang ini. Akan tetapi ada pula beberapa
aliran lain yang mengatakan firqahnya sebagai gerakan yang kritis liberal
dengan Orientasi syariah dan orientasi etika sufustis humanis sebagai mana
langkah api pembaruan yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan dalam mempelopori
kegiatan-kegiatan yang dipandang sekuler pada masa itu namun saat ini telah
banyak di ikuti oleh beberapa kalangan yang secara kultural mereka mengikuti
budaya-budaya Muhammadiyah walaupun secara struktural mereka berasal dari
berbagai macam kelompok organisasi keagamaan, contoh kecil permasalah pendidikan
pada masa kejayaan islam umat islam terdahulu melakukan kajian-kajian kecil
dalam memperluas dakwah islam dengan
tidak boleh mencampurkan sedikitpun budaya barat dalam realisasinya,
namun Kiai Ahmad dahlan mencoba untuk menggabungkan metode budaya barat dengan
tanpa menghilangkan tradisi syariah keislaman didalamnya.
Muhammadiyah sendiri memiliki kekhasan dalam mencapai tujuan
tersebut Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi terpimpin yang penuh
gejolak politik di tahun 1960-an.
Beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkindi, Rosyad
Soleh, Amin Rais. Mencoba
mendirikian organisasi yang ormas mahasiswa Islam terlahir dari kelompok sosial
keagamaan dengan identitas yang jelas
sebagai organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah sifat dan gerakan IMM sama
dengan Muhammadiyah yakni sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar. Yang bertujuan membentuk akademisi muslim yang berakhlaq mulia dan
menjadi intelektual muda yang kompeten dalam setiap ilmu pengetahuan. Imm
sendiri mempunyai ide dasar, ide dasar tersebut ialah :
Pertama, Vision, yakni membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran
melalui intelectual enlightement (pencerahan intelektual) dan intelectual
enrichment (pengkayaan intelektual). Strategi pendekatan yang
digunakan IMM ialah melalui pemaksimalan potensi kesadaran dan penyadaran
individu yang memungkinkan terciptanya komunitas ilmiah.
Kedua, Value, ialah usaha untuk mempertajam hati nurani melalui
penanaman nilai-nilai moral agama sehingga terbangun pemikiran dan konseptual
yang mendapatkan pembenaran dari Al Qur’an.
Ketiga, courage atau keberanian dalam melakukan aktualisasi
program, misalnya dalam melakukan advokasi terhadap permasalahan masyarakat dan
keberpihakan ikatan dalam pemberdayaan umat.
Dalam tataran konseptual sebenarnya IMM
memiliki sebuah konsep yang komprehensif. Trilogi Iman-Ilmu-Amal. juga trikompetensi kader Spiritualitas-Intelektualitas-Humanitas memiliki
konsep yang khas dibanding pola gerakan lain.
Dari konsep intelektual Islam, terlebih dahulu
perlu dikaji konsep Ulil Albab.
Istilah Ulil Albab di dalam Al Qur’an terdapat pada beberapa
ayat. Salah satu ayat tertera pada Ayat ke
190-191 Surat Al Ali Imron.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَاب. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار.
“Sesungguhnya,
dalam (proses)
penciptaan langit dan bumi, dan (proses) pergantian malam dan siang,
adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi ulil albab (orang-orang
yang berfikir [menggunakan intelek mereka]). Yaitu orang-orang yang berzikir
(berlatih diri dalam mencapai tingkat kesadaran akan kekuasaan Allah)
dalam keadaan berdiri, duduk, dan dalam keadaan terlentang, dan senantiasa
berfikir tentang (proses) penciptaan langit dan bumi, (sehingga
mereka menyatakan) wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini
dalam keadaan sia-sia. Maha suci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka”
(QS 3: 190-191).
Muhammadiyah juga memiliki sejumlah konsep yang bisa disebut
sebagai cita-cita sosial atau suatu idealitas kehidupan sosial. Namun demikian,
praktek pendidikan Muhammadiyah belum tentu didasari konsep tetang idealitas
kehidupan sosial ini disusun dari sistem kepercayaan dalam ilmu tauhid dan
sisitem ritual dalam ilmu syari’ah. Keduanya dipandang sebagai rumusan baku
tentang ketuhanan dan tentang peribadatan, bahkan dipandang sakral dan berlaku
abadi.
Berdasarkan konsep tersebut, kualitas kehidupan seseorang atau
masyarakat, dilihat dari ilmu tauhid dan ilmu syari’ah yang dilembangkan dalam
putusan tarjih. Menurut Geertz : “Hubungan sosial warga gerakan ini adalah
mekanisme hubungan santri puritan, santri sinkretik, abangan, dan pemeluk agama
lain. Semua bentuk hubungan, termasuk politik diletakkan Muhammadiyah sebagai
“Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar”, yang bertujuan akhirnya ialah
keberlakuan syari’ah.
Daftar Pustaka
* Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar